1.1.
Latar
Belakang
Bandeng
(Chanos-chanos) merupakan jenis ikan
yang bisa dibudidayakan pada tambak. Potensi tambak Indonesia tersebar di
seluruh tanah air, hanya ada tiga propinsi yang tidak memiliki tambak yaitu
Sumatera Barat, Jakarta dan Yokjakarta. Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi
dengan tambak terluas, dimana Tahun 2000 tambak tercatat total dengan luas tambak 53.423 ha atau 15%
dari luas tambak di Indonesia (BP 2002). Pusat tambak terletak di Kabupaten
Gresik dan Sidoarjo dengan luas tambak masing-masing 38,44% (20.535,8 Ha) dan
32,17% (17.186,2 Ha) dari luas tambak Jawa Timur (Dinas Statistik Propinsi Jawa
Timur, 2003), dimana lebih dari 60% (19117,2 Ha) merupakan tambak bandeng.
Bandeng (Chanos-chanos) adalah jenis ikan konsumsi yang tidak asing bagi
masyarakat. Bandeng dapat hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Selain
itu, bandeng relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya
menyerang hewan air sehingga bandeng mempunyai nilai lebih daripada produk
perikanan yang lain. Maka banyak masyarakat yang menkonsumsi bandeng yang
kemudian menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap komoditas bandeng. Dalam
sepuluh tahun terkahir muncul permintalahan sebesar 3, 82 % per tahun.
Sampai saat
ini sebagian besar budidaya bandeng
masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat
produktivitas yang relatif rendah. Hal ini bertolak belakang dengan permintaan
terhadap bandeng yang telah dijelaskan pada uraian di atas. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan
pasar yang besar ini perlu dibudiddayakan bandeng secara intensif. Keberhasilan
untuk budidaya bandeng tidak bisa terlepas dari faktor-faktor teknis meliputi
sumber air, dasar perairan.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Budidaya Ikan Bandeng ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat tentang
budidaya ikan bandeng (Chanos chanos)
yang baik dan cara mengatasi permasalahan yang dihadapi
serta penanganan khususnya.
A.
Budidaya Bandeng Dalam
Tambak
Berhasilnya
membudidayakan bandeng dalam tambak tergantung oleh beberapa faktor,
diantaranya :
1.
Persiapan Tambak
a. Pengeringan tanah dasar tambak
Pengeringan tanah dasar
tambak yang diperlukan antara lain sebagai berikut :
-
Pengeringan
selama 7 hari dan jika cuaca kurang baik 14 hari
-
Pengeringan
tanah tambak dilakukan hingga jika tanah diinjak hanya terbenam sekitar 1 cm
-
Pengeringan
sampai 2 lapisan sebelah atas tanah dasar tambak
-
Pengeringan
sampai tanah dasar tambak retak-retak dan kadar airnya 18 – 20 %
b. Perbaikan kontruksi tambak
Tahap awal dari persiapan
tambak adalah perbaikan tata pertambakan yaitu meliputi perbaikan pematang,
perbaikan pintu dan saringan, pembuatan caren (saluran keliling) dan perbaikan
bocoran. Pemetang petakan yang telah terkikis (longsor atau aerosi) harus
diperbaiki. Bocoran pada pematang akibat kepiting atau hewan lain perlu
ditutup. Pada kaki pematang petakan sebaiknya dibuat ”berm” yang dapat
berfungsu sebagai penahan longsoran tanah dari pematang dan sebagai tempat
untuk memperbaiki bocoran. Keadaan pintu yang sudah atau agak rusak perlu
diperbaiki. Pada bagian pintu arah petakan dipasang saringan halus (kasa nillon
atau yang sejenisnya) yang berfungsi untuk mencegah masuknnya ikan liar atau
udang dipelihara selama pengaturan air dipetakan tambak.
c. Pengapuran tanah dasar
Pengapuran tanah dasar
tambak mempunyai peranan sebagai berikut :
- Menetralisirkan asam bebas
yang terdapat di air.
- Menyangga goncangan pH
tanah yang mencolok.
- Membantu mengendapkan bahan
koloid yang terdapat dalam larutan tanah.
- Mendorong bakteri pemecah
bahan-bahan organic untuk bekerja lebih aktif dalam pelepasan bahan organic.
- Mendorong pertumbuhan
spesies pertumbuhan air yang cocok untuk manakan ikan.
- Membantu pembentukan tulang
ikan dan pencegah kelainan tulang.
- Memperbaiki kondisi tanah.
d.
Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan untuk
menyuburkan tanah dalam merangsang pertumbuhan klekap. Pemupukan dilakukan
setelah tanah dasar dikeringkan. Tanah dasar yang telah dikeringkan ditaburi
dengan dedak kadar (500 kg/ha) dan bungkil kelapa (500 kg/ha, kemudian diari
sekitar 10 cm, setelah kering baru diberi pupuk kandang atau kompos (100 kg/ha)
dan diairi lagi sedalam 5 – 10 cm kemudian diberi pupuk organic berupa urea
(150 kg/ha) dan TSP ( 75 kg/ha). Setelah tumbuh klekap (sekitar seminggu
sesudahnya) secara berangsur-angsur tinggi air dinaikan dan pada saat itu
bandeng sudah dapat ditebar.
Pemupukan dilanjutkan dapat dilakukan beberapa kali dan
dilakukan setelah melewati 2 bulam pemulihan (atau tergantung dari kesuburan
tambak). Pupuk yang digunakan adalah Urea dan TSP dengan dosis 10 – 25 kg/ha
dan 15 kg/ha. Pada saat dilakukan pepupukan susulan tinngi air tambak tidak
boleh lebih dari 1 meter. Setiap kali
dilakukan pemupukan cuaca harus dalam keadaan cerah.
2.
Pengisian Air
Air yang digunakan sebagai
media budidaya adalah air laut yang dimasukkan kedalam tambak dengan
memanfaatkan pasang atau pompa, dan air tawar dari sungai. Salinitasnya sekitar
10 – 35 ppm atau digolongkan kedalam air payau. Jumlah air tambak ditentukan
oleh pasang surut air laut sebagai suplai air tambak. Tambak air payau
kebanyakan dibangun didaerah pasang surut yaitu pasang surut tertinggi dan
terendah. Jika kekeruhan sangat tinggi, maka perlu dilakukan pergantian air.
Biasanya pengisian air
ataupun pergantian air menggunakan pipa paralon (PVC). Pipa paralon disebut
juga pipa goyang atau stand pipe.
Cara pemasangan ialah dengan memasukkan salah satu ujung pada bagian tambak.
Sedang yang lainnya berada diluar tambak dengan ujung berbentuk huruf L. Untuk
memudahkan pengisian air, maka yang ada dibagian ujungnya (dari elbo) tidak
diberi perekat agar mudah digerak-gerakkan keatas dan kebawah.
3.
Penebaran dan Aklimatisasi
Penebaran nener yang baik
yaitu dengan langkah awal dalam budidaya bandeng. Selanjutnya nener akan
berkembang dalam setiap petakan pada tambak yag telah disediakan. Saat yang baik untuk
menebarkan nener ialah pada pagi atau sore hari pada pertengahan musim penghujan. Pada saat-saat
tersebut jumlah air dalam tambak tercukupi sehingga kadar asam dan gas-gas
beracun teroksidasi. Dengan demikian nener tidak mengalami kematian. Penebaran
yang tepat ialah pada pukul 6.00 sampai pukul 7.00 pagi yang mana udara masih
segar dan suhu belum naik.
Jumlah benih yang harus
ditebarkan tergantung dari kesuburan tambak dan tingkat pengelolaannya. Namun,
bila makanan alami (klekap, lumut, plankton) cukup tersedia. Maka untuk bandeng
dapat dilakukan penebaran nener dengan padat penbaran 30 – 60 ekor/m2 (ukuran
antara 0,005 – 0,007 gram).
Padatnya penebaran harus seimbang dengan persediaan makanan
alami. Apabila merangsang makanan alami seperti klekap dan plankton lebih pesat
dengan pemupukannya. Perhitungan
penebaran yang tepat ialah satu Hektar diisi maksimal 5000 – 7000 ekor/Ha.
4.
Monitoring Pertumbuhan
Perkembangan nener sangat
tergantung dari padatnya penebaran. Dalam satu Hektar dapat ditebar 1000 ekor
pada petak pendederan. Perkembangan nener menjadi pesat jika airnya dalam
keadaan jernih dan banyak terdapat plankton dan klekap. Kejernihan air
mempermudah bagi ikan untuk memproleh makanan karena penglihatannya tidak
terhalang. Pemberian makanan tambahan berasal dari dedak halus yang dicampur
dengan pupuk yang dapat memacu pertumbuhan ikan.
Setelah berada pada petak
pendederan selama satu bulan nener sudah mampu mengenali lingkungannya.Tingkah
laku nener yang berada dalam petak pendederan setelah adanya pencampuran air
dari tempat yang berbeda dapat diamati. Ikan yang sudah mengenali lingkungannya
dan mampu menerima keadaan air, akan bergerak melawan arus.
Apabila nener dipelihara dengan baik maka perkembangannya
berjalan dengan normal. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah meliputi
penumbuhan makanan alami, penumbuhan klekap, pemberian makanan tambahan,
pengaturan irigasi, menjaga kualitas air, dan mempertahankan suhu. Setelah
selama sebulan nener berada dalam petakan pendederan/peneneran, maka barulah
dipindah kepetak gelondongan. Pada usia ini nener sudah berukuran 5 cm.
Pemberian makanan perlu ditingkatkan lagi guna memacu
perkembangan sehingga belum sampai usia enam bulan bandeng sudah bisa dipanen.
Setelah berada dalam petak gelondongan, ikan dipelihara selama 2 bulan.
Kemudian dipindahkan kedalam petak pembesaran yang selalu disertai dengan
masalah seperti munculnya ikan pesaing dan predator.
5.
Penggelolaan Kualitas Air
Kualitas air yang telah sesuai dengan kebutuhan ikan harus
tetap dipertahankan. Bila terjadi perubahan mendadak, secepatnya diupayakan
pemulihan agar ikan tidak stress atau mati. Perhatian serius kearah ini
akan menbuahkan hasil yang memuaskan Karena kualitas sangat erat hubungannya dengan
menumbuhkan makanan alami.
6.
Pengendalian Pakan (Alami
dan Buatan)
Tersedianya makanan alami dalam tambak
tergantung pada pemupukan tambak sebelum nener ditebar. Dengan pemupukan,
banyak unsure hara yang terlarut, selain komposisi kimiawi yang ada pada dasar
tanah menjadi lebih baik dalam menyediakan unsur nitrogen, fosfor, kalium,
magnesium, ferum, serta unsur-unsur mikro lainnya.
Ditambak terdapat beberapa jenis pakan alami yang sangat
penting dalam menunjang pertumbuhan bandeng. Jenis tersebut adalah klekap,
lumut, plankton dan organisme
dasar (benthos). Namun demikian, jarang sekali semua jenis tersebut dapat hidup
dan tumbuh dalam tepat dan waktu yang kebersamaan. Hal ini tergantung dari
keadaan kulaitas air dan tanah serta kedalam air tambak.
7.
Pengendalian Hama dan
Penyakit
Hama tidak hanya menurunkan produksi
bandeng tetapi juga merusak ekologi tambak. Menurut Antoni dan Wibowo (1996)
hama digolongkan menjadi :
- Hama pemangsa, contohnya Ikan kakap,
ikan bulan-bulanan, ikan keting, ikan kipper, ikan sembilang, dll.
-
Hama penyaing, contohnya ikan belanak, ikan mujair, trisipan.
-
Hama perusak, contohnya kepiting dan ular.
Untuk membrantas ikan liar seperti
belanak, bronang, mujair, dan ikan-ikan buas digunakan akar tuba atau jenu yang
mengandung rotene. Takaran pemakaian
4 – 6 kg akar dan setiap 1 Ha tambak. Sedangkan, untuk membrantas sifut
(terutama trisipan) menggunakan brestan dengan takaran 1 kg/Ha
Penyakit yang sering menyerang ikan
bandeng yaitu pembusukan ekor/sirip. Vibriosis
dan streptoccosis. Obat yang
diberikan pada ikan yang terserang penyakit yaitu dengan pemberian antibiotik.
8.
Panen dan Pasca Panen
Setelah dipelihara ditambak sampai usia 5 bulan atau sesuai dengan
permintaan. Pemanenan bandeng dapat dilakukan dengan beberapa cara berdasar
sifat bandeng yang selalu bergerak keliling tambak dimalam hari dan tertarik
cahaya serta merangsang oleh pergerakan air.
Penanganan terhadap bandeng yang telah
dipanen sebaiknya dilakukan dini hari atau temperature suhu masih rendah
sekitar 50C agar bandeng memiliki kualitas yang baik. Bandeng yang
dipanen pada temperatur tinggi sangat peka terhadap penurunan kualitas. Bandeng
tidak hanya dikonsumsi masyarakat dalam negeri, tetapi juga diekspor. Oleh
karena itu, kualitas bandeng yang akan diekspor merupakan factor yang sangat
penting.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)