Minggu, 31 Mei 2015

Kutunggu Calon Imamku



Engkau yang selalu aku do’akan,
Engkau yang Selalu aku sebutkan,
Dalam Do’aku tak pernah luput aku memohon pada yang kuasa
Ku tunggu kedatanganmu
Untuk mempersuntingku,
Tak ingin aku bermain dengan hati yang lain,
Ku tunggu Kehadiranmu,
Untuk menjadi imamku,
Membawaku kedalam cinta yang suci,,
Inilah yang aku inginkan,
Bukan dijadikan tempat singgah hati
yang pernah tersakiti oleh cinta yang sementara,,,

Senin, 25 Mei 2015

Istana Datuk #withd'girls

Ketika hatimu terluka sangat dalam, 
maka saat itu kamu sedang belajar
 tentang memaafkan.
(Ika, Roza dan Ulan)
Istana Datuk Kec. Tanjung Tiram

Rossa - Hijrah Cinta

Shake It Off

I stay up too late 
Aku begadang hingga terlalu larut
Got nothing in my brain 
Pikiranku kosong 
That's what people say 
Begitulah kata orang 
That's what people say 
Begitulah kata orang 
I go on too many dates
 Aku terlalu sering berkencan
 But I can't make them stay 
Tapi tak seorang pun bisa kupertahankan 
At least that's what people say 
Setidaknya begitulah kata orang 
That's what people say 
Begitulah kata orang 
 But I keep cruising 
Tapi aku terus berpesiar 
Can't stop, won't stop moving 
Tak bisa berhenti, tak mau berhenti bergerak 
It's like I got this music 
Seolah-olah ada musik ini 
In my mind, saying it's gonna be alright 
Di benakku, yang berkata semua kan baik-baik saja 
 Cause the players gonna play, play, play
 Karena para pemain kan bermain, bermain, bermain 
And the haters gonna hate, hate, hate 
Dan para pembenci kan membenci, membenci, membenci 
Baby I'm just gonna shake, shake, shake 
Sayang, kan kuacuhkan 
Shake it off 
Acuhkan saja 
Heartbreakers gonna break, break, break 
Mata keranjang kan patah hati, patah hati, patah hati 
And I think it's gonna fake, fake, fake 
Dan kurasa itu kan pura-pura 
Baby I'm just gonna shake, shake, shake 
Sayang, kan kuacuhkan 
Shake it off, Shake it off 
Acuhkan saja, Acuhkan saja 
 I never miss a beat 
Tak pernah kulewatkan nada
 I'm lighting up my feet 
Kuringankan langkah kakiku 
And that's what they don't see 
Dan itulah yang tak mereka lihat
 That's what they don't see 
Itulah yang tak mereka lihat
 I'm dancing on my own 
Aku berdansa seorang diri 
I make the moves as I go 
Kubergoyang saat aku bergerak 
And that's what they don't know 
Dan itulah yang mereka tak tahu
 That's what they don't know
 Itulah yang mereka tak tahu
 But I keep cruising 
Tapi aku terus berpesiar 
Can't stop, won't stop moving 
Tak bisa berhenti, tak mau berhenti bergerak 
It's like I got this music
 Seolah-olah ada musik ini 
In my mind, saying it's gonna be alright 
Di benakku, yang berkata semua kan baik-baik saja
 Cause the players gonna play, play, play 
Karena para pemain kan bermain, bermain, bermain
 And the haters gonna hate, hate, hate 
Dan para pembenci kan membenci, membenci, membenci 
Baby I'm just gonna shake, shake, shake 
Sayang, kan kuacuhkan
 Shake it off 
Acuhkan saja 
Heartbreakers gonna break, break, break 
Mata keranjang kan patah hati, patah hati, patah hati 
And I think it's gonna fake, fake, fake 
Dan kurasa itu kan pura-pura 
Baby I'm just gonna shake, shake, shake 
Sayang, kan kuacuhkan 
Shake it off, 
Shake it off 
Acuhkan saja, Acuhkan saja 
 Hey, hey, hey Hey, hey, hey Just think while you been getting down and out about the liars Berpikirlah saat kau sudah tak berdaya dengan para pembohong 
And the dirty dirty cheats of the world 
Dan para penipu kotor di dunia 
You could have been getting down to this sick beat 
Nyanyikan saja lagu ini 
 My ex man brought his new girlfriend 
Mantanku membawa kekasih barunya 
She's like oh my god 
Dia seperti ya Tuhanku 
But I'm just gonna shake
 Dan kan kuacuhkan 
And to the fella over there with the hella good hair 
Dan bagi teman-teman di sana yang berambut bagus 
Won't you come on over baby we could shake, shake 
Tak maukah kau ke sini kasih, kita acuhkan 
 Cause the players gonna play, play, play 
Karena para pemain kan bermain, bermain, bermain 
And the haters gonna hate, hate, hate 
Dan para pembenci kan membenci, membenci, membenci 
Baby I'm just gonna shake, shake, shake Sayang, 
kan kuacuhkan 
Shake it off 
Acuhkan saja 
Heartbreakers gonna break, break, break 
Mata keranjang kan patah hati, patah hati, patah hati 
And I think it's gonna fake, fake, fake 
Dan kurasa itu kan pura-pura 
Baby I'm just gonna shake, shake, shake 
Sayang, kan kuacuhkan 
Shake it off, Shake it off 
Acuhkan saja, Acuhkan saja 
 Shake it off Acuhkan saja Shake it off
 Acuhkan saja 
Shake it off 
Acuhkan saja 
Shake it off 
Acuhkan saja

Sabtu, 23 Mei 2015

Teknik Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

                                                              I.PENDAHULUAN 

 1.1.Latar Belakang
 Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Kalau dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan murahan dan pada umumnya hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, sekarang ternyata konsumennya makin meluas. Rasa dagingnya yang khas dengan cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional itu ternyata sekarang menjadi kegemaran masyarakat luas. Bahkan banyak pula restoran besar yang menghidangkannya. Oleh karena itu, harga lele semakin meningkat. Hal itu telah menjadi perangsang bagi petani ikan untuk membudidayakan ikan lele secara intensif (Suyanto, 2007). Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) telah banyak dikenal orang sebagai ikan peliharaan yang baik, mudah dipelihara dalam kolam dan genangan air biasa. Ikan lele dumbo juga merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki daging yang lezat, mudah dicerna dan bergizi. Selain itu lele dumbo dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pada awal perkembangannya, tahun 1985 sampai dengan 1988, lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat mahal harganya, terutama yang berukuran benih. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu penyebarannya masih langka. Namun setelah penyebarannya meluas, harganya mulai menurun dan pada akhirnya mencapai kondisi harga normal yang tidak jauh berbeda dengan harga jenis ikan air tawar lainnya. Terlebih-lebih dengan adanya kemudahan dalam pembudidayaannya seperti teknologi yang tidak terlalu sulit, tidak memerlukan lahan yang luas serta tidak memerlukan air yang melimpah. Oleh karena ikan lele memiliki banyak keunggulan di samping rasanya yang gurih, daging yang lezat, mudah dicerna dan bergizi lele banyak digemari oleh masyarakat umum. Hal ini menyebabkan adanya permintaan pasar yang semakin meningkat karena meningkatnya kebutuhan akan ikan lele. Untuk menanggulangi banyaknya permintaan pasar, maka perlu dilakukan pembudidayaan lele dimana diperlukan pula pasokan benih lele. Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan dan keterampilan mengenai pembenihan lele yang terkelola dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka pada Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini penulis mengambil judul Teknik Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar Kepanjen Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. 

 1.2.Tujuan
 Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapang III ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan teknik pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepnus )


                                                      II. TINJAUAN PUSTAKA

 2.1. Biologi Lele Dumbo
 2.1.1. Taksonomi Ikan Lele Dumbo
         Menurut Prihatman (2000), taksonomi ikan lele sebagai berikut : 
Kingdom : Animalia 
Sub-kingdom : Metazoa
 Phyllum : Chordata 
Sub-Phyllum : Vertebrata
Klas : Actinoptenygii 
Sub klas : Teleostei 
Ordo : Ostariophysi 
Sub-Ordo : Silaroidae 
Famili : Clariidae
Genus : Clarias 
Spesies : Clarias gariepinus 

 2.1.2 Morfologi 
      Menurut Soetomo (2000), ciri-ciri ikan lele yang membedakannya dari jenis ikan yang lainnya adalah badannya bulat dan memanjang, bagian badannya tinggi dan memipih ke arah ekornya, tidak bersisik serta licin mengeluarkan lendir. Kepalanya gepeng dan simetris. Mulutnya lebar tidak bergigi. Pada sudut-sudut mulut terdapat 4 pasang sungut (misai) sebagai alat peraba dan petunjuk. Punggungnya cembung, perutnya rata, gurat sisi rata sempurna (merentang dari belakang tutup insang sampai ke pangkal ekor). Warna tubuhnya seperti lumpur, punggungnya berwarna kehitam-hitaman dan pada bagian perutnya berwarna lebih muda. Ikan lele menpunyai sirip yang lengkap. Gunanya untuk menggerakkan tubuhnya. Sirip punggungnya panjang, tetapi tidak bersinggungan dengan sirip ekor. Sirip ini terdiri dari jari-jari sirip yang lunak. Jumlahnya mencapai 60-76 buah. Ikan lele mempunyai patil yang keras di sebelah kanan dan kirinya. Bagian belakangnya bergigi dan digunakan sebagai senjata untuk melukai musuh.

 2.1.3. Habitat 
 Menurut Suyanto (2007), habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan tawar. Lele biasanya hidup di sungai yang airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu, ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 200C, pertumbuhannya agak lambat. Pertumbuhan lele kurang begitu baik di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter. Lele juga tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin. 

 2.1.4. Makan dan Kebiasaan Makan 
 Makanan alami ikan lele adalah binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda), cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput-siput kecil dan sebagainya. Selain bersifat karnivora (pemakan daging), ikan lele juga makan sisa-sisa benda yang membusuk dan kotoran manusia, sedangkan tumbuh-tumbuhan kurang disukai. Ikan lele biasanya mencari makan dari dasar kolam, tetapi bila ada makanan yang terapung, juga tidak lepas dari sambarannya. Karena ikan lele bersifat karnivora, maka makanan tambahan yang baik untuk ikan ini ialah yang banyak mengandung protein hewani. Bila makanan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya lambat (Suyanto, 2007). 

 2.1.5. Kebiasaan Hidup 
 Menurut Khairuman dan Amri (2002), ikan lele memijah pada awal musim penghujan. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, lele mengalami rangsangan untuk memijah lantaran terjadinya peningkatan kedalaman air. Kondisi ini dapat juga ditiru di kolam budidaya untuk merangsang ikan ini memijah di luar musim hujan. Sedangkan menurut Kordi (2004), di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Jika sudah matang gonad, ikan jantan dan betina berpasangan dalam memijah. Induk tersebut kemudian mencari lokasi yang teduh dan aman untuk membuat sarang. Lubang sarang yang dibuat ikan lele kira-kira 20-30 cm di bawah permukaan air. Biasanya ikan lele memijah pada sore hingga malam hari di musim hujan. Namun ikan lele yang dipelihara di kolam dapat memijah sepanjang tahun asalkan diberi makanan yang sesuai dan cukup serta kondisi air yang optimum. 

 2.2. Pemilihan Lokasi 
 Lokasi usaha budidaya lele dikatakan tepat jika telah memenuhi pertimbangan dari beberapa aspek, yakni aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek teknis. Jika ditinjau dari aspek sosial, usaha budidaya lele harus dapat menggunakan sumber daya yang terdapat di sekitar lokasi secara optimal. Sumber daya manusia, yakni tenaga kerja serta sarana dan prasarana lain yang diperlukan. Aspek ekonomi, salah satunya yang terpenting harus mempertimbangkan kedekatan jarak lokasi usaha budidaya lele dengan pasar tempat penjualan hasil. Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah aspek teknis. Lele akan tumbuh dengan lambat jika dibudidayakan di lokasi yang mempunyai ketinggian di atas 800 m di atas permukaan laut (dpl). Lokasi yang cocok untuk lele cepat tumbuh adalah lokasi yang memiliki ketinggian 10-400 m dpl (Khairuman dan Amri, 2002). 

 2.3. Sarana dan Prasarana Pembenihan 
          Menurut Kordi (2004), sarana dan prasarana pembenihan untuk menunjang usaha pembenihan ikan lele diantaranya yaitu : 
1.Kolam pemeliharaan Induk Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai kolam khusus yang digunakan untuk memelihara induk. Kolam ini digunakan sebagai tempat membesarkan ikan-ikan yang kemudian dijadikan induk atau memelihara ikan sampai matang gonad dan sebagai tempat induk-induk ikan yang telah selesai dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk biasanya disediakan sebanyak 2 buah, satu untuk induk jantan dan satu lagi untuk induk betina. Ukuran kolam tergantung dari kebutuhan maupun lahan yang tersedia. Ukuran kolam yang umum antara 100-400 m2.
2.Kolam Pemijahan Kolam pemijahan berfungsi untuk memijahkan induk jantan dan betina yang telah matang telur. Bila lokasi yang tersedia tidak mencukupi, maka kolam pemijahan dan kolam pemeliharaan induk cukup satu kolam saja.
3.Kolam Penetasan Telur Kolam penetasan telur digunakan untuk menetaskan telur-telur yang terbuahi. Selain dilakukan di kolam penetasan khusus, penetasan telur juga dilakukan di tempat lain seperti bak beton, corong, atau di hapa. Penetasan telur juga dilakukan pada kolam pemeliharaan induk dan kolam pemijahan. 
4.Kolam Pemeliharaan Larva Kolam pemeliharaan larva digunakan untuk memelihara larva. Larva yang sudah lepas dari induknya, dapat mencari makan sendiri, tetapi masih lemah dan belum dapat berenang cepat. Kolam yang digunakan dapat berupa kolam tanah, kolam beton ataupun di sawah. Kolam biasanya berukuran antara 100-600 m2. 
5.Kolam Pemeliharaan Benih Kolam pemeliharaan benih digunakan untuk memelihara anak ikan pasca larva. Kolam dapat berupa kolam tanah, kolam beton atau di sawah. Ukuran kolam untuk pemeliharaan benih antara 250-600 m2. Pada pembenihan yang lebih maju, kolam pemeliharaan benih terdiri dari beberapa buah, yaitu pemeliharaan benih I, II, dan III. Menurut Djarijah (2001), sarana yang dibutuhkan pada pembenihan ikan lele adalah sebagai berikut: 
1. Happa Happa dibuat dari potongan kain strimin yang dijahit berbentuk kotak dan dilengkapi dengan tali pengikat yang dipasang pada setiap sudut pertemuan antar lembar kain. Happa memiliki fungsi ganda , yakni sebagai tempat pemijahan sekaligus tempat penetasan telur dan perawatan larva/benih. Pada umumnya, happa dilengkapi dengan patok kayu yang berfungsi sebagai tambatan ketika happa dipasang. 
 2. Kakaban (Grass Mats) Kakaban adalah substrat yang dijepit dengan papan kayu atau bilah bambu. Substrat yang lazim dibuat kakaban adalah ijuk, rumput kering, merang, serat rosella, atau serat rafia. Model kakaban yang lazim digunakan untuk pemijahan ikan mas adalah bentuk papan. Kakaban model papan dapat digunakan untuk pemijahan ikan mas di dalam happa atau kolam terbuka. 
3.Jaring Bentang (jaring tangkap) Jaring bentang terdiri atas dua macam, yaitu jaring bentang bermata kecil (small meshsize) yang digunakan untuk sarana penangkapan benih dan jaring bentang bermata lebar (large meshsize) untuk penangkapan induk. Jaring bentang dibuat dari anyaman benang nylon atau polyethylene. Ukuran jaring disesuaikan dengan lebar dan kedalaman kolam terbesar. 4.Jaring Serok (Scoop Net) Jaring serok dibuat dari bingkai kawat yang dibentuk melingkar, kedua ujungnya dipilin, disambungkan dengan tongkat kayu (besi) sebagai pegangan, dan dipadukan dengan jaring kantong sehingga membentuk perangkap (crap) 
5.Krembeng atau Tanki Fiberglass Krembeng adalah wadah ikan berbentuk ketel tertutup. Biasanya krembeng dibuat dari bahan dasar seng (lembaran besi) yang dipatri atau disambung dengan las membentuk bejana (ketel). Sedangkan tanki fiberglass mirip dengan krembeng.

 2.4. Pemeliharaan Induk
 2.4.1. Seleksi Induk 
          Menurut Soetomo (2000), memilih induk lele harus cermat dan teliti agar memperoleh induk lele yang baik, yang nantinya mampu menghasilkan benih yang bermutu dan terus menerus sehingga budidaya atau berternak ikan lele berhasil. Oleh karena itu dalam memilih induk lele harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 
 1. Calon induk lele harus sehat, tidak cacat, lincah 
2. Calon induk lele sudah berumur minimum 1 tahun 
3. Calon induk lele dumbo memiliki ukuran panjang 20 - 25 cm dengan berat 150 - 350 gr 
4. Apabila kena sinar, warna kulit punggung lele mengkilat seperti beledu 
5. Calon induk lele sudah jinak dan tidak liar Induk jantan -Alat kelamin tampak jelas, meruncing -Perut tetap ramping. Jika diurut akan keluar air mani -Tulang kepala lebih mendatar -Warna badan lebih gelap - induk betina = tonjolan alat kelamin membulat dan kemerahan -tulang kepala agak cembung -gerakan lamban -warna badan lebih cerah 

 2.4.2. Perawatan Induk 
        Menurut Khairuman dan Amri (2002), induk jantan dipelihara secara terpisah dengan induk betina. Hal ini memudahkan dalam pengelolaan, pengontrolan, dan yang terpenting dapat mencegah terjadinya "mijah maling" atau memijah di luar kehendak. Kolam induk berupa kolam tanah, kolam tembok, atau kolam tanah dengan pematang tembok. Tidak ada ketentuan khusus tentang ukuran kolam untuk pemeliharaan induk. Setiap kolam dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Di kedua saluran ini di pasang saringan agar hewan liar tidak masuk dan induk-induk yang dipelihara tidak dapat keluar atau kabur. Kepadatan penebaran antara 3 - 4 kgr/m2, sedangkan ketinggian air di kolam induk antara 60 - 75 cm dengan debit 20 - 25 liter/menit. Air yang mengairi kolam induk sebaiknya bersih dan tidak tercemar limbah rumah tangga atau limbah lainnya. Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk diberi pakan bergizi. Jenis pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pellet sebanyak 3 – 5 % per hari dari bobot induk yang dipelihara. Pakan diberikan dua sampai tiga kali sehari pada pagi, sore, dan malam hari. Selama masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relatif tinggi, yaitu ± 60 %. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2008) 

 2.5. Pemijahan
 2.5.1. Persiapan pemijahan 
        Menurut Khairuman dan Amri (2002), pembuatan atau persiapan kolam pemijahan dilakukan bersamaan dengan persiapan atau pemilihan induk. Untuk setiap pasang induk yang beratnya 1 kg diperlukan satu buah kolam pemijahan, dengan ukuran 1 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, kolam atau bak dicuci bersih agar lele terhindar dari serangan penyakit. Selanjutnya bak diisi air bersih setinggi 50 - 60 cm. Sebagai tempat menempelnya telur, di dasar bak dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk. Kakaban harus menutupi seluruh permukaan dasar kolam pemijahan, sehingga semua telur lele tertampung di kakaban. Bagian atas kolam pemijahan ditutupi dengan papan atau triplek atau anyaman bambu untuk mencegah induk lele yang sedang dipijahkan meloncat keluar. 

 2.5.2. Proses Pemijahan 
          Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2006), Induk lele jantan dan betina yang sudah diseleksi segera dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Setiap pasangan induk terdiri atas 1 (satu) ekor induk jantan dan 2 (dua) ekor induk betina. Usahakan agar induk lele dumbo yang dipijahkan tidak beringas sehingga saling menyerang satu sama lain. Di kolam pemijahan, biasanya induk jantan yang telah matang kelamin dan tidak menemukan pasangan induk betina yang matang telur akan menjadi beringas. Untuk mencegah prilaku beringas ini, maka induk-induk lele dumbo betina harus diusahakan yang benar-benar sudah siap berpijah. Pasangan induk lele yang cocok dan telah matang kelamin akan segera berpijah setelah dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Biasanya induk lele dumbo berpijah pada tengah malam menjelang pagi, yakni sekitar pukul 02.00 - 04.00. Tetapi, proses pemijahan tersebut kadang-kadang mundur sampai sehari lebih (24 - 36 jam). Proses peijahan lele dumbo diawali dengan pengeluaran telur dari induk betina dan disusul dengan semprotan sperma oleh induk jantan. Induk yang telah berpijah dapat dilihat dari prilaku dan telur hasil pemijahannya. Prilaku induk lele jantan yang telah berpijah menjadi lebih tenang dan lebih banyak diam. Sedangkan induk lele dumbo betina yang telah berpijah akan menepi di pinggiran kolam. Induk lele dumbo yang telah memijah tersebut sebenarnya sangat lapar dan lelah. Jika induk lele tersebut dalam beberapa jam tidak mendapat makanan untuk disantap, maka induk-induk tersebut akan memakan telurnya sendiri. Oleh karena itu, pagi hari setelah berpijah, induk lele dumbo yang telah memijah harus segera ditangkap dan dimasukkan lagi ke kolam penampungan serta diberi makanan yang cukup. Sedangkan telur-telurnya dipindahkan ke kolam penetasan. 

 2.6. Penetasan Telur 
        Menurut Khairuman dan Amri (2002a), setelah induk selesai memijah, pada pagi harinya telur lele diangkat untuk ditetaskan di kolam penetasan. Induk lele yang telah selesai memijah harus dikembalikan lagi ke kolam pemeliharaan induk jantan dan betina. Bak atau kolam penetasan telur bisa berupa kolam tembok atau kolam plastik. Kolam penetasan diisi air jernih dan bersih setinggi 10 cm. Air yang digunakan harus bebas dari kaporit dan bahan kimia berbahaya lainnya. Seluruh telur yang ditetaskan harus terendam air dengan menggunakan kakaban. Kakaban dipasang di dasar kolam dengan pemberat. Telur yang dibuahi akan menetas berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Telur yang menetas tergantung dari suhu perairan dan suhu udara. Udara semakin panas maka telur akan lebih cepat menetas dan sebaliknya. Setelah semua telur menetas, bak penetasan harus sering dikontrol atau diamati. Larva yang baru menetas akan berkumpul di dasar bak. Kemudian kakaban diangkat untuk menghindari penurunan kualitas air akibat adanya pembusukan telur yang tidak menetas. Larva lele yang baru menetas akan berwarna hijau dan berkumpul di dasar bak. Setelah 2 hari larva mulai bergerak dan menyebar ke seluruh bak penetasan. 

 2.7. Pemeliharaan Larva 
2.7.1. Pemberian Pakan 
       Menurut Prihatman (2000), pemberian pakan pada hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia sp. dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum. Pada minggu ketiga benih diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari. Kemudian pada minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari. Pada minggu kelima pemberian pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari. Selanjutnya pada minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung. Menurut Susanto (1988), benih yang sudah habis kuning telurnya harus segera disuplai makanan yang bergizi yang sesuai dengan lebar mulutnya. Untuk tahap awal benih bisa diberikan rotifera/zooplankton yang didapatkan dengan mengkulturnya di kolam. Hanya sekitar 2 atau 3 hari benih membutuhkan rotifera ini, kemudian bisa menerima kutu air lembut yang disaring. Memasuki umur yang ke-14 hari dan sejalan dengan perkembangan badannya benih lele bisa diberikan kutu air kasar tanpa disaring. Selain kutu air kasar, pada saat begini benih sudah mampu menerima jentik nyamuk dan cacing sutera. Makanan buatan sementara jangan diberikan dulu, sebab bisa menurunkan kualitas air bak. Selain itu biasanya pakan buatan ini sudah tidak lagi lengkap kandungan protein. Maka dari itu yang paling bagus dan aman adalah memberi makan benih dengan pakan yang masih hidup atau alami. Pakan alami jika berlebih sewaktu diberikan tidak akan langsung mati dan dapat dikonsumsi lagi oleh benih lele. 

 2.7.2. Pengelolaan Kualitas air 
         Menurut Khairuman dan Amri (2002), kolam atau tempat penetasan telur sekaligus dijadikan sebagai tempat pemeliharaan larva. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan larva, yakni kualitas air tetap terjaga dengan baik dan pakan harus tersedia dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi. Karenanya penggantian atau penambahan air harus dilakukan setiap 2 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan dengan melihat kualitas air yang ada di dalam kolam penetasan. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2007), sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter Kualitas Air Kisaran Angka Suhu 22-23oC pH 6-9 Oksigen >1 ppm Sumber: DKP (2007)

 2.7.3 Hama dan Penyakit
 a. Hama 
 Menurut Khairuman dan Amri (2002b), Hama yang menyerang benih ikan lele dumbo yaitu :
 •Ular 
Ular tidak menyukai tempat-tempat yang bersih. Karena itu, cara menghindari serangan hama tersebut adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan kolam. Karena ular dapat bersarang pada pematang tembok, sebaiknya dibuat pematang dari beton/tembok untuk menghindari serangannya. Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari, jika ada ular bisa langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali. 
•Belut 
Untuk kolam tanah, sebelum kolam diolah sebaiknya digenangi air setinggi 20-30 cm, kemudian diberi obat pembasmi hama berupa akodan dengan dosis rendah yaitu 0,3-0,5 cc/m3 air. Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2 hari, hingga belut mati. Selanjutnya air dibuang ke tempat yang aman.
 •Ikan gabus 
Memasang saringan pada pintu pemasukan air kolam, sehingga ikan gabus tidak dapat masuk. Mempertinggi pematang kolam agar ikan gabus dari saluran atau kolam lain tidak dapat melompat ke kolam yang berisi benih lele. Departemen Kelautan dan Perikanan (2007), Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Untuk penanggulangannya dengan cara pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam. 

b. Penyakit 
     Menurut Santoso (1994), Berikut ini diuraikan beberapa penyakit ikan yang ada kaitannya dengan usaha budidaya lele yaitu :
 •Penyakit Columnaris (cotton wool diseasis) 
Gejala yang ditimbulkan yaitu tidak ada nafsu makan. Penyakit ini menyerang bagian kulit kepala, kulit belakang, insang, sirip, dan bagian badan lainnya. Penanggulangan yaitu dengan cara ikan direndam selama 1-2 menit dengan copper sulfat dosis 1 : 200 ppm. Direndam dengan obat oxytetracyclin dosis 10 mgr/liter selama 30 menit atau ½ jam. Selain itu, dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air tetap baik.
 •Penyakit Aeromonas 
 Gejala yang ditimbulkan yaitu warna ikan berubah menjadi gelap, berenang sangat lemah, bernafas tersengal-sengal, kulit kesat kemudian terjadi pendarahan pada bagian ginjal, hati, limpa. Penanggulangannya yaitu dengan cara penyuntikan dengan tetramicine dosis 25-30 mgr/kg ikan, diulang tiap 3 hari sekali sebanyak 3 kali ulangan, melalui makanan, dengan obat terramicine 50 mgr/kgr ikan selama 7-10 hari. Pemberian Sulphonamid melalui makanan dosis 100 mg/kgr ikan selama 3-4 hari 
•Penyakit Pseudomonas 
Gejala yang ditimbulkan yaitu kulit terjadi pendarahan, terjadi pemborokan pada kulit, Organ dalam seperti hati, ginjal, limpa terjadi pendarahan Penanggulangannya yaitu dengan cara ikan yang menderita penyakit dapat diobati dengan oxytetracycline dosis 25-30 mgr/kgr ikan, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut. 
•Penyakit bintik putih (white spot) 
Gejala yang ditimbulkan yaitu ikan berenang sangat lemah dan selalu mengambang dipermukaan air, bintik-bintik putih terdapat pada kulit, sirip, dan insang. Selain itu ikan selalu menggosok-gosokkan tubuhnya ke benda keras di sekitar kolam atau akuarium Penanggulangannya yaitu dengan cara ikan yang terserang direndam dalam larutan formalin 25 ml/m3 air ditambah larutan malachite green oxalate 0,1 gr/m3 air, biarkan selama 12-24 jam. Perlakuan tersebut diulangi setelah 3 hari kemudian. Ikan yang diberok sebaiknya pada air yang mengalir. Ikan yang terserang kebanyakan benih berukuran 1-5 cm Menurut Himawan (2007), organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthyopthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dacthylogyrus sp. Penanganannya yaitu dengan cara pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang telah direkomendasikan. 

 2.8. Pendederan 
      Menurut Prihartono dkk (2002), ketidakseragaman benih yang didederkan bukanlah hal aneh dalam pembudidayaan lele dumbo. Walaupun ukurannya tidak seragam, bukan berarti usaha pembenuhan akan berakibat fatal. Namun demikian, agar usaha tersebut dapat berhasil dengan baik, maka sebaiknya perbedaan ukuran benihnya tidak terlalu jauh. Setiap benih berbeda karakter antara satu dengan lainnya. Ada benih yang aktif mencari makanan, ada pula yang kurang aktif. Bahkan secara genetik setiap benih memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu, untuk pemeliharaan lebih lanjut, benih-benih tersebut perlu diseleksi agar perbedaan ukuran tidak terlalu jauh. Apabila seleksi tidak dilakukan, dikhawatirkan tingkat kematian benih menjadi tinggi. Hal ini disebabkan benih yang lebih besar dapat mengganggu benih yang lebih kecil sehingga dapat timbul sifat kanibalisme. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perbedaan ukuran benih adalah larva yang ditebar harus dari umur yang sama. Diusahakan agar benih yang ditebarkan hanya berasal dari proses pemijahan yang sama. 

 2.9.Panen dan Pasca Panen 
2.9.1. Panen 
       Menurut BPPP Tegal (2007), panen benih lele bukan merupakan kegiatan akhir dari kegiatan budidaya. Panen pertama dilakukan setelah benih berumur 17 sampai 21 hari (panjang 2,5 cm). Pada ukuran tersebut benih lele sudah bisa ditebar pada petak pembesaran secara langsung atau ditebar pada tempat penampungan sambil menunggu pembeli. Sedangkan menurut Khairuman dan Amri (2002), Setelah benih mencapai ukuran tertentu atau sudah sesuai dengan kebutuhan, benih dapat dipanen. Pemanenan sebaiknya pada pagi atau sore hari saat suhu rendah. Cara pemanenanya adalah bak dikeringkan secara perlahan-lahan sehingga air tinggal di saluran tengah. Benih lele akan berkumpul di tengah saluran tersebut. Selanjutnya benih digiring ke dekat saluran pembuangan di tempat yang lebih dalam. Dengan menggunakan alat tangkap yang halus seperti sair, benih ditangkap secara hati-hati. Dalam hal ini jangan sampai ada benih yang luka atau cacat, kemudian benih ditampung di wadah tertentu atau di bak lain untuk selanjutnya dipelihara ditempat pembesaran atau dijual. Mortalitas atau tingkat kehilangan dan kematian benih sangat tergantung dari cara pemeliharaan. Jika teknik pemeliharaannya sesuai dengan anjuran dan benih tidak terserang penyakit, mortalitas selama pemeliharaan berkisar 20-30% dari total benih yang ditebarkan. 2.9.2. Pasca Panen Menurut Prihatman (2000), pengangkutan dan pengepakan benih dapat dilakukan sebagai berikut : a. Secara tertutup : Kantong plastik yang kuat jenis polly etilen diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik ⅓–¼ bagian. Ujung plastik segera diikat rapat. Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah. b. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh : Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam. Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.

Kamis, 21 Mei 2015

Makalah Manajemen Kualitas Air Pada Pembenihan Ikan Mas

                                                           1. PENDAHULUAN

 1.1. Latar belakang 
      Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan konsumsi yang tergolong mudah dalam pemeliharaannya karena cenderung bersifat adaptif (mudah menyesuaikan diri) terhadap lingkungannya. Ikan Mas banyak dikenal dimasyarakat karena dagingnya yang enak dan rasanya gurih. Produksi ikan mas pada tahun 2010 sebanyak 374.112 ton (Indonesia). Angka ini telah melampaui 10% dari target awal yang hanya dipatok sebanyak 267.100 ton/tahun (Warta Kota, 2010). Dalam usaha pembenihan, manajemen kualitas air memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu perlu dikembangkan upaya manajemen kualitas air pada pembenihan ikan mas agar usaha pembenihan berjalan dengan lancar terutama memonitoring kualitas air baik dari segi fisika, kimia maupun biologi. Yang dimaksud Manajemen Kualitas Air adalah Suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap dalam kondisi baik untuk dengan memperhatikan faktor fisika, kimia dan biologinya, faktor fisika seperti : suhu, cahaya, kecerahan, warna air, kekeruhan dan kepadatan, faktor Kimia seperti : senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD singkatan dari Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme, COD singkatan dari Chemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air, TOC Total organic carbon adalah jumlah ikatan yang terdapat pada senyawa organic,), mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient atau unsur hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba patogen lainnya. 

1.2. Maksud dan Tujuan 
1.2.1. Maksud 
           Maksud dari penulisan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas ujian tengah semester. 1.2.2. Tujuan 
         Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk Menambah wawasan tentang manajemen kualitas air terutama pada pembenihan ikan mas (cyprinus carpio) 


                                                         II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Biologi Ikan Mas 
2.1.1. Klasifikasi Ikan Mas 
           Klasifikasi ikan mas dalam Santoso (1993), sebagai berikut : 
Fillum          : Chordata 
Sub Fillum  : Vertebrata 
Super Class : Pisces 
Class           : Osteichtyes 
Ordo            : Cipriniformes 
Sub Ordo     : Cyprinidae 
Sub Family  : Cyprininae 
Genus          : Cyprinus 
Spesies       : Cyprinus carpio. 

2.1.2. Morfologi Ikan mas 
         Menurut sejarahnya berasal dari daratan Cina dan Rusia. Ikan mas mempunyai bentuk badan sedikit memanjang pipih kesamping (Compressed), mulut terminal dapat disembulkan dan lunak (elastis) serta memiliki dua pasang kumis (barbel), kadang mempunyai sungut (rudementir), sedangkan jari-jari sirip punggung yang kedua mengeras seperti gergaji dan letaknya bersebrangan. Sirip dada terletak di belakang tutup insang (operculum). Sisik ikan mas tergolong sisik besar tipe cycloid. Usus umumnya tidak begitu panjang jika dibandingkan dengan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan asli. Ikan mas tidak mempunyai lambung, juga tidak bergigi sehingga bila mencerna makanan sebagai pengganti penggerus dilakukan dengan cara mengeraskan pharing (Santoso, 1993). Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau strain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotype dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk badan dan warnanya. 

2.1.3. Siklus Hidup Ikan Mas 
         Di daerah subtropis ikan mas mencapai tingkat kedewasaan (matang kelamin atau matang gonad atau matang telur) pada umur 2 – 5 tahun dengan panjang tubuh berkisar 25 – 40 cm. Ikan mas jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 2 – 3 tahun atau panjang tubuhnya berkisar 25 – 30 cm. Ikan mas betina mencapai matang kelamin pada umur 4 – 5 tahun atau panjang tubuhnya mencapai 30 – 40 cm. Di wilayah iklim tropis, ikan mas mencapai tingkat kedewasaan pada usia muda, yaitu sekitar umur 1 – 2 tahun. Larva ikan mas memiliki panjang antara 0,5 – 0,6 mm dan bobot antara 0,18 – 20 mg. Biasanya larva senang menempel di substrat dan bergerak vertikal. Larva kemudian berubah menjadi benih (kebul) yang membutuhkan makanan dari luar untuk kehidupannya. Kebul hidup dengan mendapatkan pakan alami yang diperolehnya, seperti zooplankton, rotifera, naupli, moina, dan daphnia. Jumlah pakan alami kebul setiap hari sebanyak 60 – 70% dari bobotnya. Kira-kira 2 – 3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak. Ukuran panjang burayak antara 1 – 3 cm dengan bobot antara 0,1 – 0,5 gram. Setelah 2 – 3 minggu, burayak tumbuh menjadi putihan. Disebut putihan karena bagian bawah perutnya berwarna putih. Putihan ini berukuran panjang antara 3 – 5 cm dan berbobot antara 0,5 – 2,5 gram. Putihan secara alami tumbuh terus dan setelah 3 bulan menjadi benih gelondong atau kepalang dengan bobot mencapai kurang lebih 100 gram setiap ekornya. Benih gelondong tumbuh terus dan akhirnya menjadi indukan. Setelah 6 bulan, ikan jantan dapat mencapai bobot kira-kira 0,5 kg. Seekor ikan mas betina yang telah mencapai umur 15 bulan dapat memiliki bobot 1,5 kg. Ikan mas dewasa dikenal sebagai hewan air pemakan segala (omnivora). Ikan mas dewasa relatif rakus menelan semua jenis makanan, baik pakan alami maupun pakan buatan (artificial foods) Seno Teguh, (2002). 
2.2. Manajemen Kualitas Air Sumber air yang baik dalam pembenihan ikan mas harus memenuhi kualitas air yang meliputi sifat-sifat fisika dan kimia air. 
1. Persyaratan Kualitas Air dan Parameternya. No Parameter Standat Ukur 1. Fisika a. Suhu 25 - 30o C b. Kecerahan Air 10% penetrasi cahaya sampai dasar perairan c. Bau Air Indikasi adanya gas beracun d. Warna Air D1-15 Hijau/hijau tua D16-25 Cokelat kemerahan 2. Kimia 1. pH 6,7 - 8,2 2. DO 4 - 5 ppm 3. Amoniak < 1,5 ppm 4. H2S dan HCN